We're doing our best to make sure our content is useful, accurate and safe.If by any chance you spot an inappropriate comment while navigating through our website please use this form to let us know, and we'll take care of it shortly.
Mengenakan kaos lusuh, celana kumuh, dengan topi yang sudah usang, itulah penampakan keseharian pria paruh baya bernama Eme, ketika mencari nafkah.
Pakaian itu ia kenakan setiap pagi menjelang petang. Karena memang pekerjanya banyak mengeluarkan keringat. Penghasilannya pun tak menentu. Hanya kesabaran dan mengandalkan tenaga kakinya itu, ia dapat menghasilkan uang. Pendapatannya pun sangat jauh dari upah minimum kerja (UMR).
Namun dibalik semua itu, ternyata pria kerap mengumbar senyum ini, tengah berbahagia. Belasan tahun lamanya banting tulang, akhirnya berbuah berkah. Uang yang selama ia dapat dari kerja payahnya, disisipkan setiap harinya. Hingga akhirnya ia dapat berangkat ke tanah suci tahun 1443 H /2022 M ini. Itulah sosok Eme, pria yang kini berusia 65 tahun akhirnya bisa beribadah haji.
Berangkat Bersama Isteri
Luar biasanya lagi, ternyata bukan hanya dirinya yang akan melaksanakan rukun Islam yang ke-lima itu. Tetapi bersama Icih, isterinya yang telah mendampingi hidupnya selama puluhan tahun lamanya. Sama seperti Eme, isterinya pun bukan seorang pengusaha atau pejabat pada umumnya.
Namun hanya sebagai petani dan juga pekerja kasar. Dari penghasilannya yang pas-pasan itu, selama bertahun-tahun ia pun menabung. Dan akhirnya uang itu bisa mengantarkan keluarga yang bekerja sebagai tukang becak dan pekerja kasar itu, berangkat ke tanah suci Sabtu 11 Juni 2022 besok.
Itulah sekilas gambaran hidup pasuteri yang tinggal di Dusun Jatiraga Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
Lelaki yang kerap memakai topi ini pun bercerita, mengenai pekerjanya sebagai tukang becak selama 30 tahun lamanya. Becak yang dimilikinya pun kini masih tetap ada menemani hidupnya. Berkat roda tiganya itu pun, ia dapat mengunjungi ka'bah di Mekah dan makam Nabi Muhamad Saw di Madinah.
Dirinya bertekad bersama istrinya, untuk naik haji dengan cara rajin menabung.Kendati uang hasil kerja kerasnya hanya mendapatkan Rp20 ribu - Rp50 ribu perhari.
"Saya dan isteri bersama menabung dan berniat untuk naik haji. Alhamdulillah ya Allah sekarang terwujud,"kata Eme yang didampingi isterinya Icih (62 tahun) sambil tak henti hentinya mengucapkan hamdalah
Dia mengaku selama perjalanan menabung tidak selamanya berjalan mulus. Karena memang pendapatan mereka tergantung penumpang atau orang lain yang membutuhkan tenaganya.
"Kami pernah tidak memiliki uang sama sekali untuk kebutuhan makan sehari-hari. Itu karena tidak ada penumpang saat narik becak. Dan isteri saya pun sama, tidak ada membutuhkan tenaganya,"tuturnya.
Hingga akhirnya, yang biasa rutin menabung mau tak mau, diambil untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Setelah bertahun tahun nabung alhamdulilah ternyata cukup untuk biaya pendaftaran awal, dan berdasarkan nomor antrean bisa berangkat berhaji di tahun 2020. Tapi karena Pandemi akhirnya tertunda,"ucapnya.
"Tapi meski banyak rintangan, alhamdulilah saya dan isteri dapat pergi haji tahun ini. Setelah mendaftar sebagai calon jemaah haji pada tahun 2012 lalu,"tambahnya.
Ia pun menceritakan pekerjaan isterinya yang memiliki penghasilan yang tak menentu. Karena seorang buruh yang bergantung dari panggilan pemilik lahan sawah untuk bekerja.
"Istri saya itu buruh tani. Kalau ada yang manggil ya dapat uang sehari bisa Rp60 ribu. Kalau kosong ngga ada pemasukan, ya kami harus sabar," kata Eme.
Kendati telah dipastikan berangkat tahun ini, ia mengaku kebingungan untuk biaya ongkos keseharian di Mekah. Karena uang tabungannya telah habis untuk melunasi semua biaya haji.
Namun, ia tak menghiraukan kekurangan ongkos itu, sebab bisa menunaikan ibadah haji pun sangat bersyukur. Sebab tidak semua orang bisa berangkat ke tanah suci. Jika tidak memiliki keinginan yang kuat.
Banyak uang pun kalau tidak punya keinginan untuk berangkat, tak akan terwujud. Ibarat kita ingin punya rumah atau mobil. Kalau niat pasti bisa. Yang tadinya tidak punya uang pun, bisa pinjam kesana kemari. Begitu pula sama seperti ibadah haji. Apalagi harta yang kita miliki itu tidak pernah dibawa mati. Tapi malah menjadi warisan.
"Alhamdulillah meski dengan keterbatasan ini, doakan kami berdua semoga ibadah haji kami diberikan kelancaran, keselamatan, pulang kembali ke tanah air dan menyandang predikat haji mabrur,"katanya.
Kepala Seksi Haji dan Umroh H Heru Hoerudin membenarkan jemaah atas nama Emeh dan Ici itu berangkat ke tanah suci tahun ini.
"Luar biasa, meski penghasilannya tak seberapa. Bekerja sebagai tukang becak dan buruh tani. Pasuteri ini bisa melaksanakan rukun Islam yang ke-5. Bukan hanya panggilan, tapi dengan niat yang tulus dan mengharapkan ridho Allah Swt, akhirnya mereka bisa berangkat,"katanya. (Jejep) ***
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,