Meninggalnya Paus Benediktus XVI
Sayangnya, Paus Benediktus XVI meninggal dunia pada usia 95 tahun. Benediktus XVI menghembuskan napas terakhirnya pada 31 Desember 2022. Seperti yang telah diungkapkan juru bicara Vatikan sebelumnya, kesehatan mantan pemimpin Gereja Katolik dari 2005 hingga 2013 itu memang terus memburuk.
Sebuah pernyataan dari Direktur kantor pers Takhta Suci, Matteo Bruni, mengatakan, "Dengan sedih saya memberitahukan bahwa Paus Emeritus, Benediktus XVI, meninggal dunia hari ini [31 Desember 2022] pada pukul 9:34 di Biara Ecclesiae di Vatikan. Informasi lebih lanjut akan diberikan sesegera mungkin." Umat Katolik di seluruh dunia berduka atas kepergian Benediktus XVI.
Paus Benediktus XVI secara resmi meninggalkan jabatannya pada 29 Februari 2013. Ia secara resmi mengundurkan diri dari tugas kepausannya. Pengunduran dirinya terjadi hanya sebulan sebelum Pekan Suci tahun itu, minggu terpenting dalam kalender Katolik.
Pengunduran diri Paus Benediktus XVI sangatlah mengejutkan, mengingat keputusan itu sangat jarang terjadi. Ia pun menjadi paus pertama yang mengundurkan diri dalam kurun waktu 600 tahun terakhir. Akan tetapi, ia menekankan bahwa kesehatannya menjadi penyebab utamanya ia memilih pensiun.
Baca Juga: 9 Paus Paling Kontroversial Sepanjang Sejarah, Dianggap Kejam
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Buku Mengenal 265 Paus dari St. Petrus hingga Benediktus XVI, ini membawa kita secara terbatas serentak utuh kepada panorama sentral dalam Gereja Katolik. Dalam buku ini diperkenalkan pribadi-pribadi kunci, yakni para paus. Mereka ternyata telah menorehkan sumbangsih Gereja Katolik bagi kemanusiaan. Buku ini dapat menjadi salah satu jendela asali yang serentak lengkap, untuk secara langsung menatap kepada jantung dan pusaran kehidupan Gereja sendiri. Dengan mengenal pribadi, karakter, dan sumbangsih pelayanan para paus, dari yang pertama sampai yang ke-265 (terakhir), di hadapan kita terpampang spektrum mini yang memadai dari universum pergumulan kemanusiaan.
Paus Gereja Katolik yang Menggunakan Gelar Benediktus. FOTO/Reuters
merupakan Uskup Roma sekaligus pemimpin Gereja
di seluruh dunia. Keutamaan Uskup Roma yaitu sebagai penerus rasul Santo Petrus yang di dalam Injil ditugaskan oleh Yesus sebagai “penjala manusia”. Hingga saat ini, tugas tersebut dijalankan oleh ratusan Paus.
Kepausan adalah salah satu institusi yang paling bertahan lama di dunia dan telah menjadi bagian penting dari sejarah dunia. Di zaman kuno, para Paus membantu menyebarkan agama Kristen dan menyelesaikan perselisihan doktrinal. Paus Gereja Katolik memiliki nama gelar kepausan yang berbeda-beda.
Paus saat ini adalah Paus Fransiskus, yang terpilih sejak 13 Maret 2013 untuk menggantikan Paus Benediktus XVI. Berikut akan diulas tentang Paus Gereja Katolik yang menggunakan gelar Benediktus dari abad ke-21 hingga ke-18.
Paus Emeritus Benediktus XVI atau nama aslinya adalah Joseph Alois Ratzinger, merupakan Paus Gereja Katolik Roma yang ke-265. Ia mulai menjadi Paus pada 2005 hingga mengundurkan diri pada 28 Februari 2013.
Ia dilantik sebagai Paus secara resmi yang dilakukan melalui Misa Pelantikan Paus 24 April 2005. Paus Benediktus XVI lahir pada 16 April 1927 di Marktl, Bayern, Jerman. Pada usia 78 tahun, dia adalah Paus tertua yang dilantik dalam 275 tahun terakhir.
Dia merupakan menjadi salah satu tokoh terpenting di Vatikan dan teman dekat Yohanes Paulus II sebelum menjadi Paus. Dia pernah juga memimpin pemakaman Yohanes Paulus II pada 2005. Pada sede vacante (kekosongan takhta gereja) terakhir, Paus Benediktus XVI pernah menjabat posisi tertinggi dalam Gereja Katolik Roma.
Pada 28 Februari 2013, ia resmi mengundurkan diri dari kepausan karena alasan kesehatan. Tepat sebelum pergantian tahun 31 Desember 2022 kemarin, ia telah meninggal dunia di usia 95 tahun. Benediktus XVI disebut sebagai sosok yang mulia, baik hati, dan berbakat bagi Gereja Katolik Roma.
Paus Benediktus XV atau yang memiliki nama lahir Giacomo Paolo Giovanni Battista Della Chiesa adalah Kepala Gereja Katolik sejak 3 September 1914 sampai kematiannya pada tahun 1922. Ia lahir pada 21 November 1854 di Genoa, Italia. Della Chiesa ditahbiskan menjadi imam oleh Kardinal Raffaele Monaco La Valletta pada 21 Desember 1878.
Vatikan, iNewsTTU.id- Kantor Pers Tahta Suci melalui Matteo Bruni mengumumkan bahwa Paus Emeritus meninggal pada pukul 09:34 pada Sabtu pagi (31/12/2022), di kediamannya di Biara Mater Ecclesiae, yang telah dipilih oleh Paus emeritus berusia 95 tahun sebagai kediamannya setelah mengundurkan diri dari pelayanan Petrine pada tahun 2013.
“Dengan kesedihan Saya memberi tahu Anda bahwa Paus Emeritus Benediktus XVI meninggal dunia hari ini pukul 09.34 di Biara Mater Ecclesiae di Vatikan," ujar Matteo Bruni dilansir Vatican News.
Marciana Minta Jajaran Imigrasi Beri Pelayanan Terbaik Bagi Pelintas di PLBN Motaain
"Informasi lebih lanjut akan diberikan sesegera mungkin. Mulai Senin pagi, 2 Januari 2023, jenazah Paus Emeritus akan berada di Basilika Santo Petrus sehingga umat beriman dapat mengucapkan selamat tinggal," lanjutnya.
Berita tentang kondisi kesehatan yang memburuk
Sudah selama beberapa hari, kondisi kesehatan Paus Emeritus semakin memburuk karena usia lanjut, seperti yang dilaporkan oleh Kantor Pers dalam pembaruannya tentang situasi yang berkembang.
Paus Fransiskus sendiri secara terbuka membagikan berita tentang kesehatan pendahulunya yang memburuk pada akhir Audiensi Umum terakhir tahun ini, pada 28 Desember 2022.
Editor : Sefnat Besie
Surat yang ditulis Benediktus XVI menimbulkan kontroversi
Pengunduran dirinya tidak hanya membuat syok seluruh Kota Vatikan dan umat Katolik di seluruh dunia, tetapi juga menimbulkan kontroversi di kemudian hari. Pasalnya, surat yang ditulisnya tentang pelecehan seksual membuat perpecahan di antara umat Katolik. Benediktus XVI berpendapat bahwa ajaran atau revolusi tentang seksualitas dari Gereja Katolik dianggap menjadi pencetus terjadinya pelecehan seksual, terutama adanya edukasi seks yang kebablasan pada anak-anak.
Disamping itu, umat Katolik dengan pandangan yang lebih konservatif memuji mantan paus tersebut, karena berani tampil dan speak up tentang masalah itu. Namun, bagi kaum tradisionalis, Benediktus XVI dianggap meremehkan penggantinya, yakni Paus Fransiskus. Sebab, pernyataannya seolah meminta Paus Fransiskus untuk membenahi permasalahan yang berakar dari Gereja Katolik.
Sejak menjabat sebagai paus, Paus Fransiskus sering kali dipuji sebagai orang yang progresif. Namun, pendahulunya tidak. Pandangan Paus Fransiskus pun dianggap sangat berbeda. Nah, inilah yang diduga menyebabkan mantan Paus Benediktus XVI memecah kebisuannya dengan surat sepanjang 6.000 kata tersebut.
Situasi tersebut membuat umat Katolik bingung, karena keduanya memiliki pandangan yang saling bertentangan. Hal ini belum pernah dihadapi Gereja Katolik sebelumnya. Kontroversi tersebut pun menimbulkan gosip dan permusuhan yang membuat mantan Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus diserang habis-habisan oleh kaum tradisionalis, sebagaimana yang dilansir National Catholic Reporter.
Saat menjadi Kardinal, Joseph Alois Ratzinger mendapat julukan Rottweiler Tuhan
Setelah Joseph Alois Ratzinger menjadi pendeta, ia melanjutkan pendidikan akademisnya dan memperoleh gelar doktor di bidang teologi pada 1953. Beberapa tahun kemudian, Ratzinger menjadi profesor yang mengajar di berbagai sekolah tinggi filsafat dan teologi, dengan fokus pada subjek dogma dan teologi fundamental hingga 1969. Tahun itu, dia mengajar teologi dogmatis dan sejarah dogma di Universitas Regensburg, sebelum menjadi wakil presiden di universitas tersebut.
Dikutip Britannica, pada awal karier gerejawinya, Joseph Alois Ratzinger adalah salah satu pemikir yang lebih progresif dalam kelompok sejawatnya. Namun, bertahun-tahun kemudian, pandangannya berubah. Ia pun menjadi pendeta yang condong ke arah konservatif.
Perubahannya ini terinspirasi oleh protes mahasiswa yang dilihatnya pada akhir 1960-an, saat ia bertugas di kota Tübingen. Pasalnya, ada fenomena dimana beberapa orang meninggalkan agama Kristen. Nah, dengan adanya upaya para pengunjuk rasa yang ingin mendekonstruksi dogma iman Kristen dan norma-norma masyarakat lainnya, Ratzinger pun mengubah pandangannya.
Pada tahun-tahun dimana Joseph Alois Ratzinger menjabat sebagai Prefek Kongregasi Ajaran Iman, ia ditunjuk oleh Paus Yohanes Paulus pada saat itu. Ratzinger pun menjadi penasihat Paus Yohanes Paulus II dari 1978 hingga 2005. Ratzinger sangat vokal dalam menentang isu-isu progresif, seperti sekularisasi, teologi pembebasan, feminisme radikal, homoseksualitas, pluralisme agama, dan bioetika. Ia pun mendapat julukan Rottweiler Tuhan.
Hiu Paling Lembut di Dunia
Hiu paus bukan hanya hiu terbesar dari semua hiu, tetapi juga ikan terbesar di dunia. Hiu paus dapat tumbuh hingga panjang 20 meter, berat 34 ton, dan hidup lebih dari 100 tahun. Punggungnya dapat terlihat berwarna abu-abu, coklat, atau biru dan ditutupi dengan garis-garis dan bintik-bintik putih cerah yang tersusun dalam garis melintang.
Berbeda dengan hiu lainnya, hiu paus bergerak lambat dan stabil di dalam air, dengan kecepatan maksimum hanya 5 km/jam. Hal ini memudahkan untuk bersnorkel dan menyelam bersama hiu paus, sehingga Anda memiliki banyak waktu untuk mengamati hewan yang luar biasa ini. Mereka sangat damai dan sangat aman, membuat berenang bersama hiu paus menjadi pengalaman yang luar biasa. Lebih menyukai perairan hangat, mereka menghuni semua laut tropis. Mereka memakan krill dan plankton, sehingga mudah untuk memprediksi di mana mereka akan berkumpul sepanjang tahun berdasarkan mekarnya krill dan plankton. Cari tahu di sini di mana hiu paus biasanya terlihat sepanjang tahun dan rencanakan perjalanan Anda berikutnya untuk menyelam bersama hiu paus.
Paus Benediktus XVI mengundurkan diri sebagai Paus
Gelar Paus Emeritus adalah gelar kehormatan, dan gelar itu mengakui dirinya dan peran yang pernah diembannya sebelumnya. Akan tetapi, saat memutuskan untuk pensiun, Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa hal ini terkait dengan masalah kesehatan dan usianya, yang memengaruhi kemampuannya untuk memimpin. Namun, beberapa orang berspekulasi bahwa ada alasan lain mengapa ia meninggalkan kepausan, terutama karena sebuah buku diterbitkan setahun sebelum ia mengundurkan diri. Buku tersebut mengungkap korupsi di dalam Vatikan.
Apa pun alasannya, Benediktus XVI ingin menghabiskan masa pensiunnya dengan tenang, seperti menulis, membaca, dan jalan-jalan di taman Kota Vatikan tempat dia tinggal. Namun, di sisi lain, Benediktus XVI justru kepikiran terus dengan kepemimpinan Paus Fransiskus, terutama mengenai masalah pelecehan seksual yang merajalela di kalangan pendeta. Dalam surat sepanjang 6.000 kata yang diterbitkan oleh Catholic News Agency pada 2019, Benediktus XVI menulis, "Mengapa pedofilia mencapai proporsi seperti itu? Pada akhirnya, alasannya adalah ketidakhadiran Tuhan."
Paus Benediktus XVI punya banyak pengalaman hidup, karena tumbuh besar di masa Perang Dunia II
Paus Benediktus XVI lahir dengan nama Joseph Alois Ratzinger di Jerman pada 16 April 1927. Orangtuanya adalah juru masak hotel dan petugas polisi. Ia dibesarkan di sebuah kota kecil bernama Traunstein, dekat perbatasan Austria.
Joseph Alois Ratzinger sangat menyukai musik sejak kecil. Ia adalah penggemar berat Mozart. Dalam buku yang ditulisnya, Salt of the Earth: The Church at the End of the Millennium (1996), dia mengatakan, "Musiknya [Mozart] menyentuh saya sangat dalam, karena begitu bercahaya dan begitu dalam. Musiknya bukan hanya hiburan, tetapi berisi seluruh tragedi tentang keberadaan manusia." Ratzinger dan abangnya yang bernama Georg, akhirnya belajar musik di bawah pengawasan orangtua mereka yang beragama Katolik.
Tumbuh di Jerman pada masa perang, calon paus ini banyak belajar tentang tragedi kemanusiaan. Saat berusia 6 tahun, ketika rezim Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman, Ratzinger bergabung dengan seminari pada 1939. Lalu, pada 1941, ia bergabung dengan Pemuda Hitler sebelum direkrut menjadi militer Jerman dalam upaya perang pada 1943.
Berselang 2 tahun kemudian, pada 1945, Ratzinger membelot. Sayangnya, ia ditangkap oleh pasukan Amerika dan ditahan untuk sementara waktu. Perang berakhir pada tahun yang sama dan Ratzinger pun melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Munich pada 1946. Ia mengambil jurusan teologi dan filsafat sebelum ditahbiskan menjadi imam pada 1951.
Paus Benediktus XVI bukan Paus pertama yang berasal dari Jerman
Paus Benediktus XVI memang mejadi paus pertama yang terpilih di zaman modern, tetapi dia adalah orang Jerman kedelapan yang menjabat. Namun, butuh waktu hampir 10 abad lamanya. Seperti yang mungkin kamu tahu, mayoritas paus adalah keturunan Italia. Paus Fransiskus sendiri keturunan Italia, meskipun ia berasal dari Argentina.
Namun, karena Kekaisaran Romawi Suci pernah menguasai banyak wilayah dalam sejarahnya, Paus Emeritus Benediktus XVI pun bisa dianggap sebagai salah satu dari tiga Paus yang berasal dari tanah yang sama yang membentuk Jerman modern, dua lainnya adalah Paus Viktor II dan Paus Klemens II.
Pasalnya, sebelum Benediktus XVI, paus kelahiran Jerman terakhir adalah Paus Viktor II. Ia juga memiliki masa kepausan yang singkat, yang hanya berlangsung selama dua tahun, dari 1055 hingga 1057. Namun, berakhirnya masa kepausan Viktor II terjadi karena Paus Viktor II meninggal, bukan karena pengunduran dirinya.
Kardinal Joseph Ratzinger terpilih menjadi Paus Benediktus XVI
Pada 2005, Kardinal Joseph Ratzinger terpilih menjadi Paus berikutnya setelah meninggalnya Paus Yohanes Paulus II pada April 2005. Ratzinger pun mengambil nama Paus Benediktus XVI. Dikutip laman Vatican, Benediktus XVI menjadi Paus Gereja Katolik Roma ke-265.
Pada usia 78 tahun, Paus Benediktus XVI juga menjadi orang tertua yang terpilih sebagai paus sejak Paus Klemens XII pada 1730. Setelah diangkat menjadi Paus, ia berjanji untuk menjunjung tinggi cita-cita Katolik yang sudah lama ada, seperti menegakkan isu-isu seputar seksualitas, baik bagi jemaat maupun para pendeta. Ia juga berharap dapat menyegarkan agama Katolik di Eropa dan ingin mengupayakan aliansi yang lebih baik dengan para pemimpin Yudaisme dan Islam.
Namun, pada saat Benediktus XVI menjadi Paus, skandal pelecehan seksual merajalela. Para pendeta di seluruh dunia dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Akhirnya, pada 2008, Paus Benediktus XVI mengunjungi AS untuk pertama kalinya sebagai seorang Paus. Dalam pidatonya di PBB, ia mengecam pelecehan seksual yang dilakukan oleh para imam.
Pada 2010, kasus-kasus pelecehan seksual di Eropa, atau khususnya Jerman, terungkap. Disamping itu, Paus Benediktus XVI dituduh melindungi para pendeta yang melakukan pelecehan seksual tersebut. Namun, Paus Benediktus XVI membantah tuduhan tersebut dan dia mengaku telah melakukan tugasnya dengan bijak dan tegas.
Benediktus XVI menguasai banyak bahasa
Menguasai banyak bahasa, setidaknya bisa membaca dan berbicara dalam bahasa Inggris, adalah keterampilan yang sangat penting, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan internasional. Nah, ini juga ditekankan untuk seorang paus. Menguasai banyak bahasa bukan saja sekadar aset, tapi hampir wajib hukumnya bagi paus. Sebab, kebanyakan paus adalah poliglot, yang dapat berbicara dan menulis dalam berbagai bahasa Eropa. Paus juga harus berbicara bahasa Latin, bahasa utama kepausan.
Paus Emeritus Benediktus XVI sendiri terkenal karena berbicara dan fasih dalam bahasa aslinya, Jerman, serta bahasa Inggris, Prancis, Italia, Latin, dan Spanyol. Rupanya, ia juga menguasai beberapa bahasa Kroasia, Polandia, dan Slovenia, lho. Saat pengumuman pengunduran dirinya, Benediktus XVI menggunakan bahasa Latin. Tak hanya itu, tweet pertamanya ditulis dalam bahasa Latin juga. Ia memang menyukai bahasa Latin. Itu mengapa saat masa kepausannya, Benediktus XVI sering menggunakan bahasa tersebut.
Menurunnya kesehatan Benediktus XVI
Benediktus XVI berusia 95 tahun pada April 2022 lalu, dan pada Januari tahun itu, penyelidikan yang dilakukan oleh sebuah firma hukum Jerman menyatakan bahwa ada kelalaian saat menangani masalah kesehatan yang diderita Benediktus XVI. Namun, juru bicara Benediktus XVI membantah tuduhan tersebut.
Pada 28 Desember 2022, Paus Fransiskus meminta doa untuk Benediktus XVI, dengan mengatakan, "Saya ingin meminta doa khusus kepada Anda semua untuk Paus Emeritus Benediktus XVI, yang mendukung Gereja dalam diam. Ingatlah dia, dia sakit parah. Kita meminta Tuhan untuk menghiburnya dan mendukungnya dalam kesaksian cinta kepada Gereja, sampai akhir."
Segera setelah itu, media berspekulasi bahwa Benediktus XVI sedang kritis dan kematiannya mungkin tidak lama lagi. Hal ini dibenarkan oleh seorang juru bicara Vatikan, yang mengatakan bahwa kondisi mantan Paus itu terus memburuk dalam beberapa jam terakhir. Meskipun begitu, ia menjelaskan bahwa Benediktus XVI relatif stabil dan berada di bawah pengawasan dokter.